Monday, November 14, 2011

"Terbanglah, meleburlah bersama semesta"

Aku pernah memiliki seekor burung
Indah sekali..

Dia selalu mengatakan, "Bawalah aku terbang, aku ingin terbang, seperti yang lainnya."
yah, sangkarnya begitu megah, besar sekali. 
sayangnya, sayapnya robek terluka..

aku tak mengerti cara mengobatinya, aku bukan Tuhan.
tapi, Setiap hari kumenghampirinya,
ku elus sayapnya.
ku beri minum di piring kecilnya
ku pastikan sebuah harapan,
"Hey burung, engkau indah, engkau berharga,
suatu saat engkau akan bahagia,
terbang bebas di semesta."

Kepak sayapnya yang begitu anggun,
perlahan sudah mulai kulihat ia terbang dalam sangkar megahnya.
"Terbanglah sekarang," kataku.
tapi ia berkata tidak mau pergi karena sedih meninggalkanku.

Aku benar ingin melihatnya terbang,
karena untuk itulah ia diciptakan..

hari berikutnya telah kulihat sarang nya kosong,
haha, "Dia telah pergi," batinku.
aku kehilangan siulannya yang merdu setiap pagi.
aku kehilangan kepakan sayapnya yang menyambutku kala aku membuka mata.
aku kehilangan ia yang pernah berkata tidak akan meninggalkanku.

ahh, hey....!
kenapa pergi ke sarang berikutnya?
kenapa tidak mengitari semesta? 
kenapa menghindari angkasa??
sangkarmu bahkan lebih kumuh dr yang sebelumnya!



entahlah, mungkin ia takut tertembak manusia jika berada di luar sangkar.
suatu saat, saya percaya,
ia akan terbang melebur bersama alam semesta,
karena untuk itulah ia diciptakan,
terbanglah,
entah bersamaku atau tidak..



Puisi yang tak selesai?

Ku mulai khawatir. Khawatir puisi ini tidak akan pernah selesai, karena waktu berhenti lebih cepat daripada yang direncanakan. Semoga tidak ...