Sunday, September 23, 2018

Menikah lama, Namun Belum Memiliki Anak

Saya memiliki beberapa teman yang telah menikah lama dan belum mempunyai anak.
Saya tau pasti lah orang-orang sekitar jg mulai grasak grusuk mempertanyakan mengapa belum mempunyai anak, dll dll.
Belum lg di judge macam-macam. you can name anything nyinyiran orang2 yang maha benar.

Saya pernah mendengar perkuliahan dan waktu itu dosennya bilang begini, "Saya yakin Tuhan pasti adil. Mungkin orang itu belum dikasih anak karena bisa jadi dia belum pantas jadi seorang ibu." hmm... :") Sedihnya, tidak sedikit jg teman saya yang berpikiran jg seperti itu, jadinya mempertanyakan diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan pasangan, terusik dengan pertanyaan orang lain, dll dll.

Pertanyaan saya, benarkah keluarga kecil ini belum memiliki anak, karena Tuhan yg menganggap dia belum pantas jadi seorang ibu? really?
Pernah kah Anda baca berita ibu yang membunuh anaknya sendiri? Lantas, pantas kah dia sebenarnya mempunyai anak? 
Saya pernah bertemu dengan klien di RSJ, dimana ia dan suaminya dua2nya merupakan pasien RSJ tsb, dan ia melahirkan seorang anak (ya, dalam kondisi sedang menjadi pasien RSJ), akhirnya ia tidak mampu membesarkan anak tersebut. Lantas? pantaskah ia menjadi seorang ibu? Belum lagi tentang seseorang yang akhirnya menjadi sakit jiwa, karena stress punya anak.

Lalu, masih berhakkah kita berpikir bahwa kita belum mempunyai anak meksi telah menikah lama, karena TIDAK PANTAS?

Saya berpikir tampaknya cara kerja Tuhan tidak seperti itu ya. Tuhan terlaluuuu baik dan murah hati. Ia tidak memberi sesuatu kepada kita, karena kita PANTAS menerimanya. No!
Kalau benar Tuhan bekerja karena kepantasan seseorang, saya berpikir mungkin Adam mungkin tidak akan pernah diciptakan. Saya mungkin tidak pernah pantas diciptakan. Mungkin matahari akan berhenti terbit besok, karena sebagian besar orang di dunia ini tidak pantas mendapatkan matahari.

So, berhentilah menghakimi seseorang tidak memperoleh sesuatu, ataupun memperoleh sesuatu, berdasarkan kepantasannya. Bukan hanya soal kehamilan, tp soal yg lain2 juga. Tentang pernikahan? Tentang pasangan? Tentang penyakit? you name it, what else?

Saya tidak tahu mengapa Tuhan mengijinkan itu terjadi. Mungkin orang yang mengalaminya lah yang akan mengerti mksud Tuhan, pada waktunya Tuhan. Mungkin hidupnya perlu didedikasikan kepada hal lain selain anak? Mungkin dia perlu menolong orang lain dengan adopsi? I DON'T KNOW.
Pikiran kita tidak mampu menyelami maksud Tuhan. yang pasti, rancangan Dia adalah rancangan damai sejahtera dan penuh dengan harapan, bukan rancangan kecelakaan.

Kalaupun ada pasangan yang memilih tidak mau mempunyai anak, hargai keputusan mereka. Jangan menyamakan kebahagiaanmu, dengan kebahagiaan mereka.

Just try to stop judging, start loving. 

3 comments:

Puisi yang tak selesai?

Ku mulai khawatir. Khawatir puisi ini tidak akan pernah selesai, karena waktu berhenti lebih cepat daripada yang direncanakan. Semoga tidak ...