Saturday, March 12, 2022

Puisi yang tak selesai?

Ku mulai khawatir.

Khawatir puisi ini tidak akan pernah selesai, karena waktu berhenti lebih cepat daripada yang direncanakan.

Semoga tidak terjadi seperti yang kukhawatirkan. Semoga sang puisi selesai, sblm waktu benar-benar berhenti tanpa terencana. Tentunya dengan tema bahagia.

Saturday, March 16, 2019

Mengakhiri Pembicaraan

Hai kamu.. tau gak?
Ketika kita lagi berbincang, sering kali aku mengakhiri pembicaraan duluan. Ntahlah kamu sadar / tidak.
Kadang aku tidak membalas. Kadang pula aku hanya membalas singkat “haha” atau sering pula hanya memberi emoticon yang sebenarnya tidak jelas maknanya.

Sebenarnya, aku gak lagi sibuk kok. Bukan pula aku mau tidur. Juga bukan karena aku merasa bosan bercakap-cakap denganmu.

Malah, sebaliknya. Aku senang. Bahkan sangat senang setiap kali namamu muncul di layarku. Aku bisa meninggalkan semuaaa aktivitasku hanya untuk membaca pesan darimu.

Tapi... Aku tidak siap membayangkan jika ternyata balasanku tidak langsung dibaca olehmu. Aku tidak siap kalau mungkin aku mendapati pesan dariku tidak terbaca olehmu. 5 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam. Ah tidak sanggup. Read only.
Entah aku harus berpikir dan berkata apa kepada diriku sendiri jika tidak ada balasan darimu setelah kata terakhirku.

Positive thinking? Sulit setelah semua hal terjadi, bukan?

Maaf. Aku hanya tidak merasa cukup lucu buat kamu mau terus membalas pesanku. Aku hanya tidak merasa cukup penting buat kamu mau menyempatkan waktu membaca balasanku.. Yah.. Aku tidak merasa cukup berarti untuk terus berbalasan pesan denganmu.
Jadi ketika ada pesan darimu, aku senang. Aku panik. Aku diam. Buru-buru aku akhiri.

Jadi, aku bukan sombong. Aku hanya takut. Takut terluka lagi.

#hanyamembuatkalimat #bukangalau #notrelated


Thursday, January 24, 2019

Too

Too much in mind...

Too cliche to tell.
Too suffer to keep.
Too complex to write.

Friday, December 21, 2018

Bahagia

Sibuk lah berbahagia. Sehingga kamu lupa akan kesedihanmu.

Sibuk lah berbahagia.
Sehingga kamu lupa akan kehilanganmu.

Sibuk lah berbahagia.
Sehingga kamu lupa akan amarahmu.

Sibuklah berbahagia.
Sehingga kamu lupa kesepianmu.

Kalau saat ini kamu masih berpura-pura bahagia, berpura-puralah, sampai suatu hari kamu lupa kalau kamu sedang berpura2.

Sibuklah membahagiakan orang lain, lantas kamu paham, bahagia itu bukan tentang diri sendiri.

Friday, October 12, 2018

I believe

I believe that I already did my very best. Really my very best.
To keep thing works. To give. To show. To communicate. To ask.

If it still doesn't work, what else could I say?

I am only human.
I have my own line.
I have my own limit.

If thing still doesn't work when I already try my best, isn't it time to stop? And give up?

Thats what I believe, and it might be wrong. But when you won't tell me what you think, I will keep thinking that I am right. 😊
.

Sunday, September 23, 2018

Menikah lama, Namun Belum Memiliki Anak

Saya memiliki beberapa teman yang telah menikah lama dan belum mempunyai anak.
Saya tau pasti lah orang-orang sekitar jg mulai grasak grusuk mempertanyakan mengapa belum mempunyai anak, dll dll.
Belum lg di judge macam-macam. you can name anything nyinyiran orang2 yang maha benar.

Saya pernah mendengar perkuliahan dan waktu itu dosennya bilang begini, "Saya yakin Tuhan pasti adil. Mungkin orang itu belum dikasih anak karena bisa jadi dia belum pantas jadi seorang ibu." hmm... :") Sedihnya, tidak sedikit jg teman saya yang berpikiran jg seperti itu, jadinya mempertanyakan diri sendiri, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan pasangan, terusik dengan pertanyaan orang lain, dll dll.

Pertanyaan saya, benarkah keluarga kecil ini belum memiliki anak, karena Tuhan yg menganggap dia belum pantas jadi seorang ibu? really?
Pernah kah Anda baca berita ibu yang membunuh anaknya sendiri? Lantas, pantas kah dia sebenarnya mempunyai anak? 
Saya pernah bertemu dengan klien di RSJ, dimana ia dan suaminya dua2nya merupakan pasien RSJ tsb, dan ia melahirkan seorang anak (ya, dalam kondisi sedang menjadi pasien RSJ), akhirnya ia tidak mampu membesarkan anak tersebut. Lantas? pantaskah ia menjadi seorang ibu? Belum lagi tentang seseorang yang akhirnya menjadi sakit jiwa, karena stress punya anak.

Lalu, masih berhakkah kita berpikir bahwa kita belum mempunyai anak meksi telah menikah lama, karena TIDAK PANTAS?

Saya berpikir tampaknya cara kerja Tuhan tidak seperti itu ya. Tuhan terlaluuuu baik dan murah hati. Ia tidak memberi sesuatu kepada kita, karena kita PANTAS menerimanya. No!
Kalau benar Tuhan bekerja karena kepantasan seseorang, saya berpikir mungkin Adam mungkin tidak akan pernah diciptakan. Saya mungkin tidak pernah pantas diciptakan. Mungkin matahari akan berhenti terbit besok, karena sebagian besar orang di dunia ini tidak pantas mendapatkan matahari.

So, berhentilah menghakimi seseorang tidak memperoleh sesuatu, ataupun memperoleh sesuatu, berdasarkan kepantasannya. Bukan hanya soal kehamilan, tp soal yg lain2 juga. Tentang pernikahan? Tentang pasangan? Tentang penyakit? you name it, what else?

Saya tidak tahu mengapa Tuhan mengijinkan itu terjadi. Mungkin orang yang mengalaminya lah yang akan mengerti mksud Tuhan, pada waktunya Tuhan. Mungkin hidupnya perlu didedikasikan kepada hal lain selain anak? Mungkin dia perlu menolong orang lain dengan adopsi? I DON'T KNOW.
Pikiran kita tidak mampu menyelami maksud Tuhan. yang pasti, rancangan Dia adalah rancangan damai sejahtera dan penuh dengan harapan, bukan rancangan kecelakaan.

Kalaupun ada pasangan yang memilih tidak mau mempunyai anak, hargai keputusan mereka. Jangan menyamakan kebahagiaanmu, dengan kebahagiaan mereka.

Just try to stop judging, start loving. 

Monday, August 27, 2018

20 Agustus 2006 - Lahir Baru



Roh ku bertahun–tahun gersang
Mencari kudus pada serakan mayat  raga

Jiwa ku bertahun-tahun terpenjara
Mendamba keajaiban berlumpur noda

Hati ku bertahun-tahun berlirih dusta
Mengharap puing- puing cinta sejati dari dunia

Akal ku bertahun-tahun bernuansa sesat
Mencoba membalik tabung pasir untuk Eden

Tubuh ku bertahun-tahun bercabik darah
Melompat-lompat menerjang nafsu neraka

20 Agustus 2006,
Bapa meraih tabung pasir mayat celaka itu
Mencelupkan lumpur ku ke dasar air kudusNya
Memulangkan neraka, memapahku
melihat EdenNya.
Membasuh dengan urapan Roh Nya.

Ah,… hening bertutur apa
Habis terbuai mujizat cinta abadiNya.
Kuserahkan saja roh, jiwa, hati, akal, tubuh ini
Ke dalam Singgasana Raja
Yang telah mengalahkan maut dan dunia.

                                    (Jeans Esparanci, XII IS 5)

Wednesday, August 15, 2018

MERDEKA (?)

2 hari lagi kita memperingati kemerdekaan Indonesia ya yg ke 73 tahun.

Ngomong2 apa sih arti merdeka itu?
Kalau menurut KBBI, merdeka itu adalah bebas dari perhambaan, bebas dari penjajahan, tidak terikat pada sesuatu atau orang tertentu.


Nah klo dari definisi itu, yakin gak nih kita udah merdeka sepenuhnya..?

Mungkin kita tidak lagi melawan penjajah dari Jepang, Belanda, dll. Tapi, apakah kita masih dijajah? Artinya, apakah kita masih terikat oleh rokok? Pornografi? Narkoba? Social media? Pacar? Teman? Bahkan orang tua? Jika kita masih terikat, artinya kita belum merdeka. Kita masih di jajah. Yg paling mengesalkan itu, kadang kita sudah tau kita ini sbnrnya lagi di jajah, tapi kita merasa terikat, berusaha melepaskan diri, tapi tidak bisa melepaskan diri dari jajahan tersebut, yg ada malah guilty feeling. Guilty feeling kills you, dude! Kills your confidence, kills your self esteem. 😢😟

Saya beberapa kali meng-uninstall instagram saya. Sbnrnya awalnya saya terinspirasi ini dari cerita orang2 yang merasa hidupnya lebih bahagia ketika tidak bermain social media. Awalya saya sulit percaya. Bagaimana mungkin orang bisa bahagia tanpa mengetahui informasi2 yang HITS?😮

Sampai akhirnya saya coba sendiri. Saya berniat mencoba, karena saya tau bahwa saya sudah kecanduan dengan instagram. Yah. Kecanduan. Saat lg diem, lagi butek, lg suntuk, bahkan saat lagi ngobrol dengan orang lain, jari saya otomatis mencari icon instagram di social media saya. Yes. Otomatis! Cari informasi di instagram. Dari informasi yang memang saya pengen tahu, sampai informasi yang saya gak pengen tau, otomatis saya baca. Sampe akhirnya saya muak sendiri membaca informasi yang sebenarnya saya gak pengen tau, tapi karena udah keburu tau, kan jadi penasaran. wkwkwkkwkw.😂

Terakhir kali, bulan Juli kemarin, saya uninstall instagram saya selama 10 hari. Ternyata bener sih, the less you know, the less you care. The less you care, the happier you will be. Haha. 

Nah balik lagi ke masalah penjajahan dan keterikatan. Saya orang yang cukup menyadari kapasitas diri dan membatasi diri, tepatnya setelah mengalami semua up and down kehidupan (halah!). Saya tidak mau membiarkan diri saya terikat akan sesuatu, apalagi seseorang. Ketika sudah merasa terikat dengan instagram, saya memutuskan uninstall instagram sejenak. awalnya sih uring2an, mau cari tombol instagram koq udah ilang dan jadi ga tau berita2 orang2. wwkkww. tp akhirnya bangga juga bisa menaklukan diri sendiri.
kemudian, ketika merasa sudah terikat dengan seseorang, nah ini yg bahaya. Semua fokus saya bener2 hanya ke orang itu. Up and downnya mood saya ditentukan oleh orang itu. Semua pekerjaan bisa saya tinggalkan hanya demi orang itu. Bisa dibayangkan klo orang itu lagi gak ada 1 hari saja? Really. Gue separah itu. Hhaha.. 😌

So, belajar dari kesalahan2 yg ada, biasanya jika saya sudah terlalu merasa “terjajah” seperti itu, saya akan mengambil waktu untuk “berpuasa” sebentar dan mengembalikan fokus saya kepada Tuhan dan pekerjaan. Ketika saya merasa suatu kelompok atau kegiatan tidak baik dampaknya buat saya, biasanya saya memutuskan untuk menghindar segera.

Yah, jika ada orang2 yang bisa mengontrol diri sejak awal dan tidak sampai terikat, itu bagus banget! Saya sih masih kadang kecolongan. Haha. Saya lemah, makanya perlu membatasi diri. 😁 


So, apakah kamu sudah merdeka? Atau masih ada area kehidupan kamu yang masih dijajah? Apa yang kamu usahakan untuk melepaskan diri dari penjajahan tersebut? Semoga kita semua bisa terlepas dari penjajahan ya, agar bisa merdeka sepenuhnya, dan bisa menjalankan tujuan hidup yang sudah Tuhan taruh untuk hidup kita dengan optimal. 😊

Tuesday, August 7, 2018

Hate

Before, I thought that hating you would make everything become easier.

But I was wrong. It getting worse.
Now I love you and hate you at the same time.

The worst part, I started to hate myself.

Thursday, January 25, 2018

Ternyata

Ketika memikirkan kamu, si pikiran sering kali menipu saya. Pikiran ini berkata pada saya bahwa kamu pasti merindukan saya. Kamu pasti menunggu-nunggu kehadiran saya, dan membutuhkan saya.

"Ah, bohong! Dia bahkan tidak memikirkan saya," kata saya kepada pikiran ini. Saya tidak percaya pada si pikiran.

Di lain kesempatan, pikiran itu berkata kepada saya bahwa tidak mungkin kamu memikirkan dan merindukan saya, saya memang tidak pernah ada dalam list kamu.

"Ah, bohong! Dia pasti cuman sedang berpura2 tidak mencari saya," kata saya juga kepada pikiran itu. Saya juga tidak percaya pada pikiran itu.

Saya tidak tahu, siapa yang pembohong sebenarnya? Pikiran yg mana yg sedang menipu saya? Dasar penipu!

Sampai akhirnya saya sadar, jawaban atas pertanyaan ini dan itu tidak lagi penting. Tidak lagi urgent untuk di jawab. Tidak selamanya rasa penasaran itu perlu dipuaskan.

Karena hidup bukan hanya tentang memikirkan respon kamu. Bahagia itu tidak hanya tentang kamu. Hidup ternyata memberi banyak tawa yang telah banyak saya lewatkan.

Tuhan ternyata mengirimkan banyak malaikatnya yang selama ini saya abaikan.

Tuhan ternyata menciptakan banyak hal yang tidak ternikmati hari-hari ini.

Yah, hidup ternyata tidak hanya tentang kamu.

Monday, January 15, 2018

Cemburu

Aku belajar,

Cemburu ternyata memiliki banyak wujud.

Terkadang ia bisa muncul dengan pertanyaan, "Kamu suka sama dia?"
Tidak jarang pula muncul dengan kata sederhana, "Ciyeeee...."

Atau bisa juga ia muncul dengan kalimat yang penuh makna, "Semoga kamu bahagia ya..."

Cemburu juga muncul dengan cara tertawa, Yah, mungkin menutupi sakitnya luka.

Ia bisa pula muncul dengan wajah yang memerah dan kata-kata yang diam.

Pada saatnya mungkin cemburu juga dapat muncul dengan cara tidak muncul kembali.

"Aku tidak lagi peduli," katanya.

Tuesday, November 28, 2017

Bahagia (?)

Apakah itu kebahagiaan? Apakah Anda termasuk orang yang bertanya tentang hal ini?

Topik ini sebenarnya sudah saya tuliskan secara tersirat di tulisan saya tentang senja (Malam Vs Pagi). Namun, ini lebih konkritnya. (atau masih abstrak ya? :p)

Bahagia. Bukankah itu topik yang cukup hits di cari? Bahkan tampaknya pertanyaan yang melebihi tentang cinta. Kenapa? Mungkin karena bahkan setelah mendapatkan cinta, manusia juga terkadang tidak bahagia. 

Kita berangkat dari sebuah contoh dulu :
Ada seorang wanita yang suaminya sangat baik, bertanggung jawab, setia, dll dll dll... Namun, hanya satu yang kurang, ia merasa suaminya kurang romantis. Ia merasa cemburu ketika hari2 special seperti valentine, teman2nya mendapatkan bunga, sedangkan ia bahkan tidak merayakannya. Tiba-tiba ada teman sekantor yang sangat romantis dan sangat perhatian kepada dirinya. Maka mungkin akan ada satu titik wanita tersebut berpikir, "gila, ini yang selama ini gua butuhin dan enggak gua dapatkan." Itulah titik mula perselingkuhan.

Kenapa itu bisa terjadi? Padahal kalau dari sudut pandang kita, sepertinya dia harusnya BAHAGIA. tapi nyatanya tidak, dia masih bisa selingkuh.

Atau misalnya kehidupan para artis. Mereka sudah pasti rupawan, kaya raya, terkenal, bisa memilih pasangan yang mereka inginkan. Tapi toh terlibat narkoba, dan tidak sedikit yang berakhir bunuh diri.

WHY?

Karena itulah manusia. Selalu mencari apa yang kurang dan apa yang ia tidak miliki. 

Dosen saya, DR. Irene P. Edwina, yang mana adalah seorang psikolog senior, menekankan berkali-kali bahwa kita tidak bisa memiliki semua yang kita inginkan. (tulisan ini juga terinspirasi dari hasil diskusi beliau)

Yah. Kita tidak sempurna. Kita tidak memiliki semua hal yang kita inginkan.

Setiap orang memiliki definisi kebahagiaan masing-masing, memiliki tujuan dan cita-cita masing2. Lantas, saya punya pertanyaan. Apakah setelah dia mencapai yang dia inginkan, dia bisa bahagia sepenuhnya? Di kondisi terbaik apapun, manusia akan memiliki satu masa atau satu kondisi yang merasa bahwa dirinya KOSONG. HAMPA.

Mungkin Anda sering bertanya-tanya, kenapa saya merasa saya punya segala yang saya mau, tapi ternyata saya masih merasa ada yang kosong. hampa.
Mungkin Anda juga sering bertanya-tanya, orang lain tampaknya begitu sempurna, tapi kenapa dia masih ngeluh tidak bahagia.

Pernahkah? Lantas kita bertanya, kenapa?

Yah, ini jawabannya, dalam kondisi terbaik apapun, manusia tetap akan PERNAH merasa KOSONG dalam dirinya.

Lantas kita bertanya lagi, kenapa? Karena manusia memiliki kecenderungan mencari hal yang ia tidak punya. Energinya habis mencari hal yang tidak ia miliki.

Wanita Indonesia pada umumnya, menganggap bahwa pernikahan adalah hal yang akan membuat mereka bahagia. Mereka menyanjung-nyanjung pernikahan itu seakan-akan sebagai tujuan hidup tertinggi dari umat manusia.

Coba bertanya, pada orang yang sudah menikah, apakah mereka pernah merasa pernah ada kekosongan dalam hati mereka? Pernah cemburu dengan hidup orang lain, misalnya?

Orang yang tidak menikah, apakah ada kekosongan juga dalam hatinya? Ya pasti ada. Kenapa? Lagi-lagi. Manusia selalu mencari sesuatu yang tidak ia miliki.

Tapi, bukan berarti gak ada hal lain yang buat dia bahagia. Kebahagiaan itu bisa dicapai, jika kita tidak TERPAKU pada hal-hal yang tidak kita miliki, atau tidak LAGI kita miliki. Tidak terpaku pada kekosongan yang kita rasakan.

Maka, sebaiknya berfokus sama apa yang kita miliki. Mensyukuri apa yang kita miliki. Kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Tidak perlu dicemburui. Tidak perlu membanding-bandingkan diri.


God is good. In every condition, He is good.

Mungkin, bahkan, kita diijinkan merasakan kekosongan itu, supaya kita sadar eksistensi kita sebagai manusia. Bahwa kita tidak sempurna. Supaya kita tidak sombong. Supaya kita belajar bersyukur.


BIG NOTE :
Jangan sampai Anda meletakkan kebahagiaan Anda pada orang lain, bahaya! Karena manusia itu bukan punya Anda. Manusia itu punya Tuhan, dan Tuhan bisa memanggil mereka kapan saja.

Monday, November 27, 2017

Alasan di balik tulisan2 saya (penting abis judulnya)

Belakangan ini saya rutin lagi menulis, di caption instagram (follow : @je_esparanci) , di blog, dll dan beberapa komentar pun masuk, seperti :

- "Wah, ternyata kamu mellow juga ya." (ini komentar yang paling sering, emank gw petakilan banget ya? hahaha)
- "koq semua tulisannya galau sih?"
- "koq galau terus sih?"

yah meskipun gak jarang yang blg terinspirasi dari tulisan saya juga. (kibas rambut)

Saya juga pernah bilang ke sahabat saya, "aduh kenapa ya aku baru mood nulis kalau lagi mellow. Jadi isininya galau semua." Trus sahabat saya dengan bijak mengatakan, "Yah gak apa, setiap orang kan memiliki inspirasi yang berbeda-beda. Ayo tulis lagi. tulisan kamu itu indah."

Ya ampun, kata-kata itu buat saya jadi gak feeling guilty lagi dan pengen tulis lagi. Makasih ya sahabat.

Memang, jujur saya baru bisa niat nulis jika dalam kondisi yang tidak baik, misalnya lagi sedih, lagi marah. karena saya agak susah dalam menuangkan emosi negatif. nyesek banget gitu rasanya kalau gak di keluarin. Satu-satunya cara yang bisa saya lakukan selain nangis, ya menulis. Yah sekarang ini memang lagi masa-masanya saya ada masalah dan banyak sekali pikiran..


Menulis ini salah satu bakat yang ga saya asah2. Terasahnya cuman saat sedih aja. apa iya harus Tuhan kasih sedih terus baru mau nulis? (ya ampun ngomong dan nampar diri sendiri, pfft.)

dan gaya bahasa serta perenungan saya memang terhitung dalem sih mungkin ya. karena harus pakai banyak makna kiasan, biar gak gamblang banget masalahnya apa.
haha

ya udah sih, gitu aja.

Sunday, November 26, 2017

Luka

What I don't know, won't hurt me.

Yah, pernah ada yg blg bukan, kunci dari move on adalah berhenti mencari tahu.

Karena terkadang, semakin mengetahui, semakin terluka. Maka tidak perlu mengetahui, maka tidak perlu terluka.

Kedepannya pasti akan baik2 saja, hanya saja saat ini perlu waktu utk mengeringkan luka.

Luka itu tidak bs sembuh ketika juga mendapatkan luka lagi di bagian yg sama, terus menerus. Yg ada jadinya luka itu membesar, dan infeksi, dan menjadi sesuatu yg parah.

Butuh waktu utk diam, menjauh dari sumber penyebab luka, dan membiarkan luka itu kering dulu, baru bisa sembuh dan normal kembali.

Bukan, ini bukan tentang orang yang lemah atau org yang koq "tega" karena menjauhi sumber luka. Ini tentang belajar mencintai diri sendiri, sebelum mencintai orang lain.

Saya sadar 100% sumber luka itu gak salah koq. Dia tidak berbuat apa2. Misalnya : tangan saya tergores paku, paku itu tidak salah apa2 koq. Paku itu berniat membantu saya, paku sudah banyak bermanfaat buat hidup saya. Yang salah ya saya, kenapa ga pake sarung tangan saat dekat2 dengan paku. Kenapa saya menggenggam paku terlalu erat padahal tau itu akan berbahaya.

:)



Puisi yang tak selesai?

Ku mulai khawatir. Khawatir puisi ini tidak akan pernah selesai, karena waktu berhenti lebih cepat daripada yang direncanakan. Semoga tidak ...