Tuesday, December 21, 2010

ibu kota yang (katanya) lebih kejam dari ibu tiri

hr ini saya memutuskan untuk berpergian sndiri di kota Jakarta (naek angkot), sekalian merenungkan apakah memungkinkan bekerja di ibu kota yang katanya lebih kejam dr ibu tiri ini..
ini merupakan "tantangan" besar tersendiri buat saya, karena SAYA SAMA SEKALI TIDAK BISA MENGHAPAL JALAN. orang2 terdekat saya pasti mengetahui hal ini. :p


yang paling saya sukai saat berpergian sendiri, Tuhan selalu berbicara banyak kepada saya melalui lingkungan sekitar.

yah, beginilah, kota jakarta. macet dimana-mana. klakson, kendaraan semerawut.


awalnya ketika saya pergi sndiri, di angkot ada seorang ibu2 yang terus mengajak saya berbicara (dia teman tante saya). satu sisi saya risih, (saya agak mabok darat) tp sisi lain spirit saya merasa ibu ini butuh seseorang untuk berbicara.

tiba2 saya mendengar seorang pengamen naek ke atas angkot tersebut dan bernyanyi yang menurut saya karya pribadi
"orang bertanya mau jadi apa, gak kuliah gak kerja. tapi inilah aku adanya. jangan kira aku gak berbuat apa-apa, aku berkarya. yang penting aku BAHAGIA. aku gak nipu, gak buat susah kalian. aku BAHAGIA, aku MERDEKA."

saya merinding mendengar lagu itu. wow, dia bilang dia BAHAGIA. suatu fenomena yang unik buat orang2 (sok) kota. sepertinya.

setelah sampai ke pusat perbelanjaan yg saya tuju, melihat para penjual yang mengeluarkan rayuan maut mereka untuk menggombali pelanggan (ntah napa saya juga termakan rayuan sepertinya). haha. membeli beberapa keperluan saya.

kemudian, kita karena satu hal, mood saya menjadi drop, dan saya memutuskan untuk balik meski agak gerimis. ketika hendak menyebrang, saya melihat sekilas ada pengemis, seorang ibu muda (mungkin sekitar 20thn) membawa 2 orang anak.
anak laki2 : "ma, mau kesana. mau lihat ituu....!" (sambil menarik baju ibunya)
ibu muda : (Sambil berlinang air mata, dan berteriak) "ini mau hujan tahu!!"

dipikiran saya, ya Tuhan, bagaimana ia menjalani hidup? bisa saja dia lahir diluar nikah dan cowok brengsek itu kabur, tiap hr harus tidur di jalanan, yang dikejar satpol PP, pelecehan seksual, serta harus mengurus 2 anak. mudahkah ia menjalani hidup? tb2 air mata saya keluar karena liarnya perkiraan saya sendiri. (padahal belum tentu dia merasa susah dengan hidupnya)

kemudian ketika hampir sampai di rumah, saya harus berjalan kaki sedikit untuk menuju rumah. saya memutuskan untuk membeli kelapa dulu. sambil memesan, saya mengajak ngobrol anak sang penjual, sekitar 7 thn. kita berbicara ia terlihat tersenyum dan terus memeras tangannya sendiri. saya berkata dalam hati, "saya gak mungkin mutilasi kamu koq.." haha. sambil menikmati kelapa, eh, HUJAN donk! so saya memanfaatkan waktu hujan "ecek2" itu untuk ngobrol sebentar. setelah balik, tanpa berpaling saya mendengar ada beberapa suara yang berteriak ke arah saya "amoy, amoy" oh My God, ternyata di jakarta masih ada rasisme ya? apa yang salah dengan mata yang sipit ini? (haha)

hah! waktu yang benar2 berharga.
saya ingat ada org terdekat saya yang bulan 2 ini akan pindah. pindahan ke jkt ini dirasakan cukup berat olehnya, selain harus meninggalkan kotanya, ia juga harus berhadapan dengan ibu kota dengan segala sifat hedonisme nya. yah, memang sungguh tantangan!

saya berpikir, dengan segala kelengkapan saya yang Tuhan berikan, saya harus bisa, saya harus siap meski harus bekerja di jakarta, bersesak-sesakkan di bus way, lari2 mengejar angkot. was-was setiap saat akan jambret, kemacetan yang melelahkan, banjir, individualisme, konsumerisme, dan hedonisme yang tinggi. yah!!


I will fight! wherever God want me to go!

No comments:

Post a Comment

Puisi yang tak selesai?

Ku mulai khawatir. Khawatir puisi ini tidak akan pernah selesai, karena waktu berhenti lebih cepat daripada yang direncanakan. Semoga tidak ...